MITOS SETU GUGUR SAWANGAN (DEPOK)
MITOS SETU GUGUR SAWANGAN (DEPOK) - Hallo sahabat Info @ Depok, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul MITOS SETU GUGUR SAWANGAN (DEPOK), kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel Sejarah, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Judul : MITOS SETU GUGUR SAWANGAN (DEPOK)
link : MITOS SETU GUGUR SAWANGAN (DEPOK)
Anda sekarang membaca artikel MITOS SETU GUGUR SAWANGAN (DEPOK) dengan alamat link https://infodepokontime.blogspot.com/2016/07/mitos-setu-gugur-sawangan-depok.html
Judul : MITOS SETU GUGUR SAWANGAN (DEPOK)
link : MITOS SETU GUGUR SAWANGAN (DEPOK)
MITOS SETU GUGUR SAWANGAN (DEPOK)
Setu Gugur atau dahulu disebut Setu Tujuh Muara seluas 18 hektare di wilayah perbatasan antara Kelurahan Pasir Putih dan Kelurahan Bedahan, Kecamatan Sawangan, Depok yang kini telah berubah fungsi menjadi daratan ternyata menyimpan mitos yang menarik perhatian warga sekitar.
Di area setu tersebut konon sering terjadi pada setiap malam pergantian tahun sekitar pukul 23.30 hingga 00.30 WIB selalu muncul bola api dengan warna-warni menarik seperti biru, kuning, dan merah mencuat dari tanah bekas setu ke angkasa. Masyarakat setempat menamakan bola api tersebut dengan sebutan “Braja”.
Munculnya pancaran bola api itu dim-itoskan masyarakat sekitar bila setu tujuh muara mengeluarkan bola api maka akan ada bencana atau musibah yang akan dialami pada tahun itu. “Pengertian musibah ini sangat luas, tidak hanya terjadi di wilayah pasir putih tetapi bisa bersifat nasional,”kata Tagyuddin, warga RW03, Kelurahan Bedahan, Depok.
Saat bola api mencuat, kata Tagyuddin, tidak semua warga yang menyaksikan dapat melihat pancaran sinar tersebut. Munculnya bola api berkisar antara 5 hingga 10 menit saja, setelah itu turun lagi. Jadi, saat keluar bola api tidak diketahui dari sudut manapun, ada yang lihat dan ada juga yang tidak.
Bola api seperti ini juga sering terjadi di wilayah Jawa, namun kebanyakan muncul dari kerumunan pohon bambu. Menurut dia, fenomena alam ini biasa terjadi namun oleh warga akhirnya menjadi mitos.
Konon, kata Tagyuddin, Situ Tujuh Muara sempat menjadi tempat persinggahan prajurit Kerajaan Siliwangi saat akan menuju kanal (laut). Menurut cerita dari para sesepuh setempat di tengah situ terdapat lempengan batu besar dan datar yang digunakan sebagai tempat peristirahatan prajurit dan kuda-kudanya.
Pada tahun 1964, Situ Tujuh Muara kembali gugur setelah sebelumnya mengalami hal yang sama tetapi berhasil di perbaiki masyarakat. Ada juga yang mempersepsikan setu tersebut meledak, hingga ikan-ikan di setu tersebut berhamburan ke daratan, sempat di bendung tetapi gugur kemabli, hingga akhirnya setu tersebut dinamakan SETU GUGUR. Setelah gugur (jebol) situ tersebut tidak lagi diperbaiki dan didiamkan hingga kering. Akhirnya Batu besar yang berada di tengah situ amblas terurug lumpur sedalam dua meter.
“Batu besar itu sekarang berada di dasar sungai dengan kedalaman dua meter, kalau kita colok dasar sungainya sedalam dua meter akan terasa benturan keras di dasar sungai, itulah batu besamya,”ungkap Tagyuddin.
Lahan Situ Gugur yang dikenal juga dengan sebutan Situ Pasir Putih, kini telah menjadi daratan. Namun di lahan situ tersebut masih tersisa satu aliran sungai yang bermuara ke Pesanggrahan. Sebagian lahan situ juga telah dimanfaatkan warga sekitar untuk berkebun dengan ditanami berbagai macam tanaman seperti pepaya, jambu, dan pisang, bahkan ada juga yang membuat empang sebagai tempat memelihara ikan. Namun sebagian lahan lagi ditengrai telah dijual dan telah berdiri bangunan rumah. Untuk mencapai lokasi bekas Situ Gugur atau Situ Pasir Putih, bisa ditempuh melalui jalan beton sampai menuju lokasi.
Sementara itu, Kepala Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air (Bimasda) Kota Depok Yayan Ariyanto mengatakan pemerintah berencana akan menormalisasikan kembali Situ Gugur atau Pasir Putih seperti Situ Pengasinan. Saat ini, kata Yayan, pihaknya telah melakukan kajian dan hasilnya akan diserahkan ke pemerintah pusat. “Kita tinggal menunggu tindak lanjut dari pemerintah pusat,”kata dia.
Yayan menyatakan, lahan situ merupakan lahan pemerintah yang tidak boleh di-perjual belikan. Jadi, kata Yayan, kalau ada pihak yang menjual-belikan lahan Situ Gugur harus dikembalikan. “Soalnya lahan itu akan dikembalikan menjadi situ kembali,” tandas mantan Camat Limo ini. [Dari berbagai sumber]
sumber artikel : DEPOK TEMPO DOELOE
Demikianlah Artikel MITOS SETU GUGUR SAWANGAN (DEPOK)
Sekianlah artikel MITOS SETU GUGUR SAWANGAN (DEPOK) kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel MITOS SETU GUGUR SAWANGAN (DEPOK) dengan alamat link https://infodepokontime.blogspot.com/2016/07/mitos-setu-gugur-sawangan-depok.html
0 Response to "MITOS SETU GUGUR SAWANGAN (DEPOK)"
Posting Komentar